Rabu, 22 Mei 2013

Potensi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) sebagai Antibakteri


MAKALAH KOLOKIUM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
 

Judul                    : Potensi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) sebagai
                              Antibakteri
Nama                   : Rahma Dewi Kartika
NIM                    : 06101009022
Pembimbing        : Drs. Endang Dayat, M.Si.
                                                  

Abstrak

Beberapa penelitian belakangan ini membuktikan bahwa daun kelor memiliki bahan aktif sebagai antimikroba. Uji efektivitas antibakteri pada ekstrak daun kelor dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelarut yang lebih berpotensi sebagai antibakteri dalam ekstrak daun kelor. Pada percobaan dengan menggunakan ekstrak air, bakteri E. coli  dan Enterobacter aerogenes memiliki zona hambat yang semakin semakin besar pada konsentrasi tertinggi, sedangkan pada S. aureus dan P. aeruginosa tidak terdapat zona hambat. Pada ekstrak etanol, semua bakteri tes memiliki zona hambat yang berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kelor lebih berpotensi sebagai antibakteri daripada ekstrak air daun kelor.

Kata kunci : aktivitas antibakteri, Moringa oleifera, ekstrak air, ekstrak etanol



PENDAHULUAN
          Kelor atau merunggai (Moringa oleifera Lamk.) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini memiliki ketinggian batang 7—11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelentang, juga dapat disayur.
Daun kelor merupakan salah satu tumbuhan yang dikenal sebagai tanaman obat. Bahkan WHO menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara termiskin di dunia. Beberapa penelitian belakangan ini juga membuktikan bahwa daun kelor memiliki bahan aktif sebagai antibakteri. Pemanfaatan tanaman obat sebagai antibakteri dinilai cukup aman, efektif dan murah.

Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk.) (Anonim, Wikipedia)

            Disisi lain bahwa beberapa mikroorganisme yang ada dalam makanan seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri penyebab berbagai jenis penyakit. Penggunaan bahan alami seperti daun kelor, dapat dijadikan sebagai antibakteri alami yang merupakan alternatif pengganti bahan sintesis dalam mencegah infeksi bakteri. Menurut Bukar  (2010:43), daun kelor (M. oleifera) mempunyai senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri. Daun kelor (M. oleifera) telah diketahui mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, tanin dan beberapa senyawa fenolik lainnya yang memiliki aktivitas antimikroba (Mboto et al. dikutip Busani, 2012:2801). Tanin adalah senyawa fenol yang memiliki sifat-sifat menyerupai alkohol, salah satunya adalah bersifat antiseptik (zat penghambat jasad renik) (Fardiaz dikutip Hidayati 2009:20), sehingga daun kelor berpotensi sebagai antibakteri atau pengawet.
          Uji efektivitas antibakteri pada ekstrak daun kelor dilakukan dengan metode difusi cakram. Prinsip dari metode difusi cakram adalah senyawa antibakteri dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Proses ekstraksi senyawa antibakteri dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan etanol. Uji antibakteri bertujuan untuk mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona bening atau zona hambat di sekitar cakram. Ekstrak pekat hasil ekstraksi dari pelarut air dan etanol diuji efektivitas antibakterinya untuk memilih ekstrak yang memiliki efektivitas antibakteri tertinggi.
Mengingat daun kelor mengandung senyawa antibakteri, maka dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana potensi ekstrak daun kelor terhadap beberapa bakteri pada makanan. Makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui pelarut yang lebih baik antara air dan etanol yang berpotensi sebagai antibakteri dalam ekstrak daun kelor.

Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
          Daun kelor mengandung berbagai senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri. Tabel di bawah ini memperlihatkan kandungan fitokimia dalam daun kelor yang di ekstrak dengan tiga jenis pelarut, yaitu: eter, etanol dan akuades (air).

Tabel 1. Kandungan Fitokimia dalam Ekstrak Daun Kelor dengan Pelarut Eter, Etanol dan Air (Kasolo, 2010)
Phytochemical
Ether extract
Ethanol extract
Water extract
Gallic tannins
+
+
++
Catechol tennins
+
-
++
Coumarins
-
-
-
Steroid and triterpenoids
+++
++
++
Flavonoid
++
++
++
Saponins
+
+
++
Anthraquinones
+
++
+++
Alkaloids
+
-
++
Reducing sugars
-
++
++
Keterangan tabel: - : tidak terdeteksi, + : ada dalam konsentrasi rendah, ++: ada dalam konsentrasi sedang, +++: ada dalam konsentrasi tinggi
          Dikutip oleh Kasolo (2010), dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Devbhuti et al., 2009; Tijjan et al., 2009; Hassan et al., 2007; Bennett et al., 2003), menetapkan bahwa ekstrak eter, etanol dan air dari daun kelor mengandung: katekol tanin, gallic tanin, steroid dan triterpenoid, flavonoid, saponin, anthraquinon, alkaloid dan bahan gula yang telah diidentifikasi oleh peneliti lain sebelumnya pada berbagai tanaman dan pada bagian berbeda dari tanaman tersebut.
          Saponin bekerja dengan merusak membran sitoplasma yang kemungkinan saponin mempunyai efek yang sinergis atau adiktif dengan golongan polifenol dalam merusak permeabilitas sel bakteri itu sendiri. Tanin bekerja dengan mengikat salah satu protein adhesin bakteri yang dipakai sebagai reseptor permukaan bakteri, sehingga terjadi penurunan daya perlekatan bakteri serta penghambatan sintesis protein untuk pembentukan dinding sel (Agnol et. al. dikutip Kasolo, 2010:753). Pada pelarut eter dan etanol, gallic tannin dan saponin sudah terdeteksi ada dalam ekstrak dengan konsentrasi rendah, sedangkan pada ekstrak dengan pelarut air, gallic tannin dan saponin ada dalam konsentrasi sedang.
          Tidak ada satupun dari ekstrak yang mengandung koumarin. Penemuan pada penelitian ini setuju dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga menemukan bahwa, tidak semua fitokimia terdapat di semua bagian dari tumbuhan dan terdapat perbedaan menurut jenis pelarut yang digunakan untuk membuat ekstrak.
          Flavonoid terkandung dalam semua jenis pelarut baik itu eter, etanol maupun air, dan terdeteksi ada dalam konsentrasi sedang. Flavonoid diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responsnya terhadap infeksi mikroba sehingga tidak mengherankan jika flavonoid efektif secara in vitro terhadap sejumlah mikroorganisme.
          Di sisi lain anthraquinones (9,10-dioxoanthracene) yang merupakan kelompok yang secara alami menyebabkan  senyawa fenol ditemukan di daun kelor. Terdeteksi ada dalam konsentrasi rendah pada ekstrak eter, ada dalam konsentrasi sedang pada ekstrak etanol dan ada dalam konsentrasi tinggi dalam ekstrak air.
          Triterpenoid dan steroid terdeteksi ada dalam konsentrasi yang tinggi pada pelarut eter, dan terdeteksi ada dalam konsentrasi yang sedang pada pelarut etanol dan air. Triterpenoid dan steroid yang terdapat di daun kelor memiliki efek anti karsinogen yang mampu mencegah kanker.
          Alkaloid tidak terdeteksi pada ekstrak etanol, tetapi terdapat dalam konsentrasi rendah pada ekstrak eter dan terdapat dalam konsentrasi sedang pada ekstrak air. Sedangkan bahan gula tidak terdeteksi dalam ekstrak eter, tetapi pada ekstrak etanol dan air, bahan gula terdeteksi dalam konsentrasi yang sedang.

Potensi Antimikroba Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa oleifera)
          Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh dengan proses fisik atau bahan kimia. Bahan antimikroba diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh mikroba, apabila mikroorganisme yang dimaksud adalah bakteri, maka antimikroba lebih sering disebut dengan bahan antibakteri (Pelczar dan Chan, 1986:450).
          Merujuk pada penelitian (Thilza, 2010)  konsentrasi ekstrak air daun kelor yang digunakan dalam uji antibakteri ini adalah 1000 mg/ml, 700 mg/ml, 400 mg/ml dan 200 mg/ml. Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak air dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
Extract/antibiotic
Zone of inhibition (mm)
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Enterobacter aerogenes
Staphylococcus aureus
Extract : 1000 mg/ml
10 mm
R
7 mm
R
Extract : 700 mg/ml
7 mm
R
7 mm
R
Extract : 400 mg/ml
7 mm
R
7 mm
R
Extract : 200 mg/ml
7 mm
R
7 mm
R
Tetracycline (control) : 250 mg/ml
12 mm
17 mm
12 mm
17 mm
Keterangan: R-Resistant
          Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak air daun kelor dan tetracyclin sebagai kontrol disajikan dalam Tabel 2. Ekstrak air daun kelor menunjukkan aktivitas antibakteri pada bakteri Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes, sedangkan pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aerogenosa tidak terdapat aktivitas antibakteri.  Ekstrak dengan konsentrasi 1000 mg/ml memiliki zona hambat terbesar pada bakteri E. coli  yaitu sebesar 10 mm. Pada bakteri Enterobacter aerogenes zona hambat yang dibentuk pada semua konsentrasi sama, yaitu sebesar 7 mm. Tidak terbentuknya zona hambat pada dua jenis bakteri lainnya menunjukkan bahwa kedua bakteri tersebut resisten terhadap ekstrak air dari daun kelor. Disamping itu, penggunaan tetracyclin sebagai kontrol memperlihatkan zona hambat 12 mm, 17 mm, 12 mm, dan 17 mm untuk bakteri E.  coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes dan Staphylococcus aureus.

Potensi Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
          Merujuk pada penelitian (Bukar, 2010)  konsentrasi ekstrak air daun kelor yang digunakan dalam uji antibakteri ini adalah 400 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml dan 50 mg/ml. Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun kelor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
Extract/antibiotic
Zone of inhibition (mm)
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Enterobacter aerogenes
Staphylococcus aureus
Extract : 400 mg/ml
8 mm
8 mm
7 mm
9 mm
Extract : 200 mg/ml
7 mm
7 mm
7 mm
8 mm
Extract : 100 mg/ml
6 mm
6 mm
6 mm
6 mm
Extract : 50 mg/ml
6 mm
6 mm
6 mm
6 mm
Streptomycin 30µg
30 mm
25 mm
32 mm
30 mm

          Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kelor memiliki potensi antibakteri terhadap semua bakteri yang diujikan. Hasil penelitian tersebut menampakkan bahwa konsentrasi terkecil (50 mg/ml) dari ekstrak etanol daun kelor menunjukkan aktivitas antibakteri yang kecil. Ekstrak yang memiliki efektivitas antibakteri tertinggi yaitu pada konsentrasi 400 mg/ml. Zona hambat tertinggi dibentuk oleh bakteri  Staphylococcus aureus sebesar 9 mm, pada bakteri E. coli  dan Pseudomonas aeruginosa memiliki zona hambat sebesar 8 mm, dan pada Enterobacter aerogenes sebesar 7 mm. Sebagai kontrol digunakan streptomycin, dengan zona hambat 30 mm, 25 mm, 32 mm dan 30 mm pada bakteri E.  coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes dan Staphylococcus aureus.

Perbandingan Uji Potensi Antimikroba Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor  (Moringa oleifera)
          Besaran daya hambat mikroorganisme tes terhadap ekstrak air dan ekstrak etanol daun kelor pada konsentrasi ekstrak masing-masing 400 mg/ml disajikan dalam tabel 4. Bakteri tes dikelompokkan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Tabel  4.  Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) pada Konsentrasi 400 mg/ml
Bacteria
Zone of  inhibition (mm)
Aqueous extracts
Ethanol extract
Gram-Positive
Staphylococcus aureus
R
9 mm
Gram- Negative
Escherichia coli
7 mm
8 mm
Pseudomonas aeruginosa
R
8 mm
Enterobacter aerogenes
7 mm
7 mm
Sumber
Thilza, 2010
Bukar, 2010
Keterangan: R-Resistant
          Ekstrak air daun kelor hanya mempunyai sedikit aktivitas antibakteri, bahkan tidak terdapat aktivitas antibakteri. Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak air menunjukkan bahwa tidak terdapat aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan pada ekstrak etanol menunjukkan aktivitas antibakteri pada semua jenis mikroorganisme tes yang diujikan dengan diameter zona hambat yang lebih besar dari zona hambat yang dapat dibentuk oleh ekstrak air daun kelor. Penggunaan pelarut untuk ekstraksi akan mempengaruhi bahan aktif yang terlarut, sehingga hasil potensi antibakteri yang didapatkan akan berbeda. Kandungan daun kelor juga telah diketahui mengandung bahan aktif sebagai antibakteri seperti flavonoid, saponin, tanin, dan senyawa fenolik lain yang memiliki aktivitas antimikroba. Mekanisme bahan aktif antibakteri ini adalah merusak membran sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dari dinding sel bakteri sehingga bakteri lisis (Esimone dikutip Kurniawati, 2006).  
          Efek antimikroba dari ekstrak daun kelor memiliki sasaran utama hingga menyebabkan pertumbuhan bakteri dapat ditekan yaitu dinding sel. Dinding sel bakteri merupakan lapisan lipid-bilayer yang mirip dengan membran sel. Membran sel ini dapat melindungi bakteri Gram negatif dari substansi antipeptidoglikan seperti penisilin. Ikatan antar asam amino dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih renggang dibandingkan dengan bakteri Gram positif (McKane dan Kandel dikutip Dhayanti, 2010:5), sehingga memudahkan senyawa minyak atsiri, polifenol, dan saponin untuk masuk kedalam ikatan. Selain itu, dinding selnya tidak selektif permeabel, sehingga senyawa-senyawa tersebut mudah dalam penetrasi menembus dinding sel yang akan menimbulkan tergangunya integritas dinding sel bakteri.

PENUTUP
Ekstrak daun kelor mengandung katekol, tanin, gallic tanin, steroid dan triterpenoid, flavonoid, saponin, anthraquinon, alkaloid dan gula. Ekstrak air daun kelor dan ekstrak esktrak etanol daun kelor mempunyai potensi antimikroba terhadap beberapa bakteri pathogen tubuh manusia yang terdapat dalam makanan. Ekstrak etanol daun kelor lebih berpotensi sebagai antimikroba daripada ekstrak air daun kelor.
Penulis disarankan untuk meneliti bahan yang lain tetapi memilki kandungan senyawa antibakteri guna untuk menggali lebih dalam mengenai potensi dan manfaat tumbuhan sebagai antibakteri alami.


DAFTAR PUSTAKA

Bukar, A., T.I. Uba and Oyeyi. 2010. Antimicrobial Profile of Moringa oleifera Lamk. Extracts Against Some Food – Borne Microorganisms. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 3(1): 43 – 48.

Busani, M., P.M. Julius and M. Voster. 2012. Antimicrobial Activities of Moringa oleifera Lam leaf Extracts. African Journal of Biotechnology, 11(11): 2797-2802.

Dhayanti, Aneke, Pratiwi Trisunuwati dan Sri Murwani. 2012. Efek Antimikroba Ekstrak n-Heksana Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) terhadap Esherichia coli secara In Vitro. http://www.google.com/url?q=http://pskh.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/10/0811313001-Aneke-Putri-Y.pdf&sa=U&ei=gtssUYeQF4jzrQeD1YDYDQ&ved=0CBgQFjAA&usg=AFQjCNFQTrw5FJgKIG0tAa6-XGpyjtR0jQ. Diakses tanggal 27 Februari 2012.

Hidayati, Nurul. 2009. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Teh (Camellia Sinensis L, V. Assamica) Tua Hasil Ekstraksi Menggunakan Pelarut Akuades Dan Etanol. Skripsi. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN.

Kasolo, Josephine N., Gabriel S. Bimenya, Lonzy Ojok, Joseph Ochieng and Jasper W. Ogwal-Okeng. 2010. Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural communities. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(9): 753-757.

Kurniawati, dkk. 2012. Perbandingan Potensi Antibakteri Ekstrak Air dengan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa NN-1-PKH secara In Vitro. http://pskh.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/10/0811313018-Siti-Kurniawati.pdf. Diakses tanggal 26 Februari 2013.

Pelczar, Jr. M. J. dan E. C. S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1 dan 2. Diterjemahkan Oleh Hadioetomo, R.S. T. Imas, S.S Tjitrosomo, S.L Angka. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Thilza, I. B. , Sanni S., dan Zakaria Adamu Isah. 2010. In vitro Antimicrobial activity of water extract of Moringa oleifera leaf stalk on bacteria normally implicated in eye disease. Academia Arena,  2(6) : 80-82).


kolokium oh kolokium..


Daftar topik yang harus dipelajari untuk persiapan kolokium 29 mei 2013.. GANBATTEEEEE !!!
1.       Bagaimana morfologi daun kelor, gambarkan dan jelaskan?
2.       Penyakit apa saja yang bisa disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa
3.       Maksud dari “zat penghambat jasad renik” itu bgmna?
4.       Maksud dari pernyataan berikut “Saponin bekerja dengan merusak membran sitoplasma yang kemungkinan saponin mempunyai efek yang sinergis atau adiktif dengan golongan polifenol dalam merusak permeabilitas sel bakteri itu sendiri.”
5.       Perbedaan pengaruh pemberian ekstrak daun kelor terhadap bakteri gram negatif dan positif itu apa? Apa yang terjadi pada dinding selnya? Bagaimana mekanisme penghambatannya?
6.       Bagaimana struktur dinding bakteri dari gram positif dan gram negatif? Dan bagaimana resistensinya?
7.       Semakin besar zona hambat, maka apa? Dan bagaimana?
8.       Gambar mekanisme bahan aktif antibakteri seperti flavonoid, saponin, tanin, dan senyawa fenolik lain sebagai antibakteri.
9.       Kalo permeabilitas dinding sel bakteri itu meningkat, efeknya apa dan bagaimana?
10.   Telaah baik2 setiap kalimat pada paragraf ini, ntar ditanya pak didi lho.
“Membran sel ini dapat melindungi bakteri Gram negatif dari substansi antipeptidoglikan seperti penisilin. Ikatan antar asam amino dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih renggang dibandingkan dengan bakteri Gram positif (McKane dan Kandel dikutip Dhayanti, 2010:5), sehingga memudahkan senyawa minyak atsiri, polifenol, dan saponin untuk masuk kedalam ikatan. Selain itu, dinding selnya tidak selektif permeabel, sehingga senyawa-senyawa tersebut mudah dalam penetrasi menembus dinding sel yang akan menimbulkan tergangunya integritas dinding sel bakteri.”
11.    

Curcol dikit:
Setelah me review dan membaca ulang makalah kolokium dengan cermat, ternyata banyak banget typo, n banyak banget yang aku tidak mengerti, dan banyak banget yang harus dipelajari jauh lebih dalam. Mau ngeprint ulang ga ada tinta, kasian banget ya aku,, ksian ksian ksian..
Setelah dikumpulkan daftar pertanyaan yang aku perlu pelajari ulang, ternyata aku yang dari awal udah ngebahas ini aja punya segudang pertanyaan dari bahasanku, gimana orang lain yang bakal jadi peserta seminar. Waduh, sampe sini aku jadi makin galau. Kalo udah galau gini biasanya aku memilih tidur dan mengubur semua ingatan2 tentang kolokium sedalam mungkin. Tapi malangnya, ingatan kolokium yang aku bawa tidur itu hadir dalam bentuk bad dream dan buat parno setengah mati, lebay ya aku, ya emang gitu kenyataannya. Oleh karena itu, kali ini aku memilih menceritakan kegalauan hatiku dalam bentuk tulisan-lebih tepatnya ketikan ini.
Sambil sesekali buka hape ngechat sama orang jepang, yang aku heran, kenapa sih aku bisa lancar bahasa inggris kalo chatting, tapi berubah jadi gagu kalo video call. Heran heran heran. Kan keren juga kalo aku bisa ngerocos bahasa inggrisnya kalo lagi skype an sm bule2 bermuka boros tersebut-HAHAHAHAH. :d :D  
Curcol udah, ngatain orang juga udah dikit, sekarang aku mau lanjut me- review makalah princess dulu yaaaaa.