MAKALAH KOLOKIUM
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Judul : Potensi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
sebagai
Antibakteri
Nama : Rahma Dewi
Kartika
NIM : 06101009022
Pembimbing : Drs.
Endang Dayat, M.Si.
Abstrak
Beberapa penelitian
belakangan ini membuktikan bahwa daun kelor memiliki bahan aktif sebagai
antimikroba. Uji
efektivitas antibakteri pada ekstrak daun kelor dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Enterobacter
aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
pelarut yang lebih berpotensi sebagai antibakteri dalam ekstrak daun kelor.
Pada percobaan dengan menggunakan ekstrak air, bakteri E. coli dan Enterobacter aerogenes memiliki zona
hambat yang semakin semakin besar pada konsentrasi tertinggi, sedangkan pada S. aureus dan P. aeruginosa tidak terdapat zona hambat. Pada ekstrak etanol,
semua bakteri tes memiliki zona hambat yang berbanding lurus dengan besarnya
konsentrasi ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun
kelor lebih berpotensi sebagai antibakteri daripada ekstrak air daun kelor.
Kata kunci : aktivitas
antibakteri, Moringa oleifera,
ekstrak air, ekstrak etanol
PENDAHULUAN
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera Lamk.) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini memiliki ketinggian
batang 7—11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun
majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna
putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau; bunga ini
keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga
memanjang yang disebut kelentang,
juga dapat disayur.
Daun kelor merupakan salah satu tumbuhan yang dikenal
sebagai tanaman obat. Bahkan WHO menobatkan kelor sebagai pohon ajaib
setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai
penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara
termiskin di dunia. Beberapa penelitian belakangan ini juga membuktikan bahwa
daun kelor memiliki bahan aktif sebagai antibakteri. Pemanfaatan tanaman obat
sebagai antibakteri dinilai cukup aman, efektif dan murah.
Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk.) (Anonim, Wikipedia)
Disisi lain bahwa beberapa
mikroorganisme yang ada dalam makanan seperti Escherichia
coli, Staphylococcus aureus, Enterobacter
aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri penyebab
berbagai jenis penyakit. Penggunaan bahan alami
seperti daun kelor, dapat dijadikan sebagai antibakteri alami yang merupakan
alternatif pengganti bahan sintesis dalam mencegah infeksi bakteri. Menurut Bukar (2010:43), daun kelor (M. oleifera) mempunyai
senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri. Daun kelor (M. oleifera) telah diketahui mengandung
senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, tanin dan beberapa senyawa
fenolik lainnya yang memiliki aktivitas antimikroba (Mboto et al. dikutip
Busani, 2012:2801). Tanin adalah senyawa
fenol yang memiliki sifat-sifat menyerupai alkohol, salah satunya adalah
bersifat antiseptik (zat penghambat jasad renik) (Fardiaz dikutip Hidayati
2009:20), sehingga daun kelor berpotensi sebagai antibakteri atau pengawet.
Uji efektivitas antibakteri pada
ekstrak daun kelor dilakukan dengan metode difusi cakram. Prinsip dari metode
difusi cakram adalah senyawa antibakteri dijenuhkan ke dalam kertas saring
(cakram kertas). Proses ekstraksi senyawa antibakteri dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan etanol. Uji antibakteri bertujuan
untuk mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat
memberikan efek bagi mikroorganisme. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona
bening atau zona hambat di sekitar cakram. Ekstrak pekat hasil ekstraksi dari
pelarut air dan etanol diuji efektivitas antibakterinya untuk memilih ekstrak
yang memiliki efektivitas antibakteri tertinggi.
Mengingat daun kelor mengandung
senyawa antibakteri, maka dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana potensi
ekstrak daun kelor terhadap beberapa bakteri pada makanan. Makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui pelarut yang lebih baik antara air
dan etanol yang berpotensi sebagai antibakteri dalam ekstrak daun kelor.
Fitokimia Daun
Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
Daun kelor mengandung berbagai senyawa aktif yang
berperan sebagai antibakteri. Tabel di bawah ini memperlihatkan kandungan
fitokimia dalam daun kelor yang di ekstrak dengan tiga jenis pelarut, yaitu:
eter, etanol dan akuades (air).
Tabel 1. Kandungan Fitokimia
dalam Ekstrak Daun Kelor dengan Pelarut Eter, Etanol dan Air (Kasolo, 2010)
Phytochemical
|
Ether extract
|
Ethanol extract
|
Water extract
|
Gallic tannins
|
+
|
+
|
++
|
Catechol tennins
|
+
|
-
|
++
|
Coumarins
|
-
|
-
|
-
|
Steroid and triterpenoids
|
+++
|
++
|
++
|
Flavonoid
|
++
|
++
|
++
|
Saponins
|
+
|
+
|
++
|
Anthraquinones
|
+
|
++
|
+++
|
Alkaloids
|
+
|
-
|
++
|
Reducing sugars
|
-
|
++
|
++
|
Keterangan tabel: - : tidak terdeteksi,
+ : ada dalam konsentrasi rendah, ++:
ada dalam konsentrasi sedang, +++:
ada dalam konsentrasi tinggi
Dikutip
oleh Kasolo (2010), dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
(Devbhuti et al., 2009; Tijjan et al., 2009; Hassan et al., 2007; Bennett et
al., 2003), menetapkan bahwa ekstrak eter, etanol dan air dari daun kelor mengandung: katekol tanin, gallic
tanin, steroid dan triterpenoid, flavonoid, saponin, anthraquinon, alkaloid dan
bahan gula yang telah diidentifikasi oleh peneliti lain sebelumnya pada
berbagai tanaman dan pada bagian berbeda dari tanaman tersebut.
Saponin bekerja dengan merusak membran sitoplasma yang kemungkinan
saponin mempunyai efek yang sinergis atau adiktif dengan golongan polifenol
dalam merusak permeabilitas sel bakteri itu sendiri. Tanin bekerja dengan
mengikat salah satu protein adhesin bakteri yang dipakai sebagai reseptor
permukaan bakteri, sehingga terjadi penurunan daya perlekatan bakteri serta
penghambatan sintesis protein untuk pembentukan dinding sel (Agnol et. al. dikutip Kasolo, 2010:753). Pada pelarut eter dan etanol, gallic tannin dan saponin
sudah terdeteksi ada dalam ekstrak dengan konsentrasi rendah, sedangkan pada ekstrak
dengan pelarut air, gallic tannin dan saponin ada dalam konsentrasi sedang.
Tidak ada
satupun dari ekstrak yang mengandung koumarin. Penemuan pada penelitian ini
setuju dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga menemukan bahwa, tidak
semua fitokimia terdapat di semua bagian dari tumbuhan dan terdapat perbedaan
menurut jenis pelarut yang digunakan untuk membuat ekstrak.
Flavonoid terkandung dalam
semua jenis pelarut baik itu eter, etanol maupun air, dan terdeteksi ada dalam
konsentrasi sedang. Flavonoid diketahui telah
disintesis oleh tanaman dalam responsnya terhadap infeksi mikroba sehingga
tidak mengherankan jika flavonoid efektif secara in vitro terhadap
sejumlah mikroorganisme.
Di sisi
lain anthraquinones (9,10-dioxoanthracene) yang merupakan kelompok yang secara
alami menyebabkan senyawa fenol
ditemukan di daun kelor. Terdeteksi ada dalam konsentrasi rendah pada ekstrak
eter, ada dalam konsentrasi sedang pada ekstrak etanol dan ada dalam
konsentrasi tinggi dalam ekstrak air.
Triterpenoid
dan steroid terdeteksi ada dalam konsentrasi yang tinggi pada pelarut eter, dan
terdeteksi ada dalam konsentrasi yang sedang pada pelarut etanol dan air.
Triterpenoid dan steroid yang terdapat di daun kelor memiliki efek anti karsinogen yang mampu mencegah kanker.
Alkaloid
tidak terdeteksi pada ekstrak etanol, tetapi terdapat dalam konsentrasi rendah
pada ekstrak eter dan terdapat dalam konsentrasi sedang pada ekstrak air. Sedangkan
bahan gula tidak terdeteksi dalam ekstrak eter, tetapi pada ekstrak etanol dan
air, bahan gula terdeteksi dalam konsentrasi yang sedang.
Potensi Antimikroba Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa oleifera)
Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh
dengan proses fisik atau bahan kimia. Bahan antimikroba diartikan sebagai bahan
yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba, sehingga bahan tersebut
dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh mikroba, apabila mikroorganisme
yang dimaksud adalah bakteri, maka antimikroba lebih sering disebut dengan
bahan antibakteri (Pelczar dan Chan, 1986:450).
Merujuk pada penelitian (Thilza, 2010)
konsentrasi ekstrak air daun kelor yang
digunakan dalam uji antibakteri ini adalah 1000 mg/ml, 700 mg/ml, 400 mg/ml dan
200 mg/ml. Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak air dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa
oleifera Lamk.)
Extract/antibiotic
|
Zone of
inhibition (mm)
|
Escherichia coli
|
Pseudomonas aeruginosa
|
Enterobacter aerogenes
|
Staphylococcus aureus
|
Extract : 1000 mg/ml
|
10 mm
|
R
|
7 mm
|
R
|
Extract : 700 mg/ml
|
7 mm
|
R
|
7 mm
|
R
|
Extract : 400 mg/ml
|
7 mm
|
R
|
7 mm
|
R
|
Extract : 200 mg/ml
|
7 mm
|
R
|
7 mm
|
R
|
Tetracycline (control) : 250 mg/ml
|
12 mm
|
17 mm
|
12 mm
|
17 mm
|
Keterangan: R-Resistant
Hasil uji efektivitas antibakteri dari
ekstrak air daun kelor dan tetracyclin sebagai kontrol disajikan dalam Tabel 2.
Ekstrak air daun kelor menunjukkan aktivitas antibakteri pada bakteri Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes, sedangkan pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aerogenosa tidak terdapat aktivitas
antibakteri. Ekstrak dengan konsentrasi
1000 mg/ml memiliki zona hambat terbesar pada bakteri E. coli yaitu sebesar 10 mm.
Pada bakteri Enterobacter aerogenes zona
hambat yang dibentuk pada semua konsentrasi sama, yaitu sebesar 7 mm. Tidak
terbentuknya zona hambat pada dua jenis bakteri lainnya menunjukkan bahwa kedua
bakteri tersebut resisten terhadap ekstrak air dari daun kelor. Disamping itu, penggunaan
tetracyclin sebagai kontrol memperlihatkan zona hambat 12 mm, 17 mm, 12 mm, dan
17 mm untuk bakteri E. coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter aerogenes dan Staphylococcus aureus.
Potensi Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
Merujuk pada penelitian (Bukar,
2010) konsentrasi ekstrak air daun kelor
yang digunakan dalam uji antibakteri ini adalah 400 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml
dan 50 mg/ml. Hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun kelor
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera Lamk.)
Extract/antibiotic
|
Zone of
inhibition (mm)
|
Escherichia coli
|
Pseudomonas aeruginosa
|
Enterobacter aerogenes
|
Staphylococcus aureus
|
Extract : 400 mg/ml
|
8 mm
|
8 mm
|
7 mm
|
9 mm
|
Extract : 200 mg/ml
|
7 mm
|
7 mm
|
7 mm
|
8 mm
|
Extract : 100 mg/ml
|
6 mm
|
6 mm
|
6 mm
|
6 mm
|
Extract : 50 mg/ml
|
6 mm
|
6 mm
|
6 mm
|
6 mm
|
Streptomycin 30µg
|
30 mm
|
25 mm
|
32 mm
|
30 mm
|
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun kelor memiliki potensi antibakteri terhadap semua bakteri yang
diujikan. Hasil penelitian tersebut menampakkan bahwa konsentrasi terkecil (50
mg/ml) dari ekstrak etanol daun kelor menunjukkan aktivitas antibakteri yang
kecil. Ekstrak yang memiliki efektivitas antibakteri tertinggi yaitu pada
konsentrasi 400 mg/ml. Zona hambat tertinggi dibentuk oleh bakteri Staphylococcus
aureus sebesar 9 mm, pada bakteri E.
coli dan Pseudomonas aeruginosa memiliki zona hambat sebesar 8 mm, dan pada Enterobacter aerogenes sebesar 7 mm. Sebagai
kontrol digunakan streptomycin, dengan zona hambat 30 mm, 25 mm, 32 mm dan 30
mm pada bakteri E. coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter aerogenes dan Staphylococcus aureus.
Perbandingan Uji Potensi Antimikroba Ekstrak Air
dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera)
Besaran daya
hambat mikroorganisme tes terhadap ekstrak air dan ekstrak etanol daun kelor
pada konsentrasi ekstrak masing-masing 400 mg/ml disajikan dalam tabel 4. Bakteri
tes dikelompokkan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif.
Tabel 4. Perbandingan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) pada Konsentrasi
400 mg/ml
Bacteria
|
Zone of inhibition (mm)
|
Aqueous
extracts
|
Ethanol
extract
|
Gram-Positive
|
Staphylococcus
aureus
|
R
|
9 mm
|
Gram- Negative
|
Escherichia
coli
|
7 mm
|
8 mm
|
Pseudomonas
aeruginosa
|
R
|
8 mm
|
Enterobacter
aerogenes
|
7 mm
|
7 mm
|
Sumber
|
Thilza, 2010
|
Bukar, 2010
|
Keterangan: R-Resistant
Ekstrak air daun kelor hanya mempunyai
sedikit aktivitas antibakteri, bahkan tidak terdapat aktivitas antibakteri. Hasil
uji efektivitas antibakteri dari ekstrak air menunjukkan bahwa tidak terdapat
aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Sedangkan pada
ekstrak etanol menunjukkan aktivitas antibakteri pada semua jenis
mikroorganisme tes yang diujikan dengan diameter zona hambat yang lebih besar
dari zona hambat yang dapat dibentuk oleh ekstrak air daun kelor. Penggunaan
pelarut untuk ekstraksi akan mempengaruhi bahan aktif yang terlarut, sehingga
hasil potensi antibakteri yang didapatkan akan berbeda. Kandungan daun kelor
juga telah diketahui mengandung bahan aktif sebagai antibakteri seperti
flavonoid, saponin, tanin, dan senyawa fenolik lain yang memiliki aktivitas
antimikroba. Mekanisme bahan aktif antibakteri ini adalah merusak membran sel
bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dari dinding sel bakteri sehingga
bakteri lisis (Esimone dikutip Kurniawati, 2006).
Efek antimikroba
dari ekstrak daun kelor memiliki sasaran utama hingga menyebabkan pertumbuhan
bakteri dapat ditekan yaitu dinding sel. Dinding sel bakteri merupakan lapisan lipid-bilayer
yang mirip dengan membran sel. Membran sel ini dapat melindungi bakteri
Gram negatif dari substansi antipeptidoglikan seperti penisilin. Ikatan antar
asam amino dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih renggang dibandingkan
dengan bakteri Gram positif (McKane dan Kandel dikutip Dhayanti, 2010:5), sehingga memudahkan
senyawa minyak atsiri, polifenol, dan saponin untuk masuk kedalam ikatan.
Selain itu, dinding selnya tidak selektif permeabel, sehingga senyawa-senyawa
tersebut mudah dalam penetrasi menembus dinding sel yang akan menimbulkan
tergangunya integritas dinding sel bakteri.
PENUTUP
Ekstrak daun kelor
mengandung katekol, tanin, gallic tanin, steroid dan triterpenoid, flavonoid,
saponin, anthraquinon, alkaloid dan gula. Ekstrak
air daun kelor dan ekstrak esktrak etanol daun kelor mempunyai potensi antimikroba terhadap beberapa bakteri pathogen tubuh manusia yang terdapat dalam makanan. Ekstrak etanol daun kelor lebih berpotensi sebagai antimikroba daripada ekstrak air daun
kelor.
Penulis disarankan untuk
meneliti bahan yang lain tetapi memilki kandungan senyawa antibakteri guna
untuk menggali lebih dalam mengenai potensi dan manfaat tumbuhan sebagai antibakteri alami.
DAFTAR
PUSTAKA
Bukar, A., T.I. Uba and Oyeyi. 2010. Antimicrobial
Profile of Moringa oleifera Lamk.
Extracts Against Some Food – Borne Microorganisms. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 3(1): 43 – 48.
Busani, M., P.M. Julius and M. Voster. 2012. Antimicrobial Activities of Moringa
oleifera Lam leaf Extracts.
African Journal of Biotechnology, 11(11): 2797-2802.
Hidayati, Nurul. 2009. Uji Efektivitas Antibakteri
Ekstrak Kasar Daun Teh (Camellia Sinensis L, V. Assamica) Tua
Hasil Ekstraksi Menggunakan
Pelarut Akuades Dan Etanol. Skripsi. Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi UIN.
Kasolo, Josephine N., Gabriel S. Bimenya, Lonzy Ojok,
Joseph Ochieng and Jasper W. Ogwal-Okeng. 2010. Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural
communities. Journal of Medicinal Plants
Research Vol. 4(9): 753-757.
Pelczar, Jr. M. J. dan E. C. S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1 dan 2.
Diterjemahkan Oleh Hadioetomo, R.S. T. Imas, S.S Tjitrosomo, S.L Angka. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Thilza, I. B. , Sanni S., dan Zakaria Adamu Isah. 2010. In vitro Antimicrobial activity of water
extract of Moringa oleifera leaf
stalk on bacteria normally implicated in eye disease. Academia Arena, 2(6) :
80-82).