Kamis, 13 Oktober 2011

pendekatan keterampilan

Pendekatan keterampilan Proses sebagai bagian dari CBSA

1. Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran

Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.

Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat diidentifikasikan dua aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.

Bertolak dari pembahasan sebelumnya, dapat secara jelas kita lihat bahwa tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah “membelajarkan siswa bagaimana belajar”. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan ini harus trcapai, kalau kita ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang berlangsung terus menerus. Pada masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi guru untuk menjadi orang pertama-tama yang bertindak sebagai komunikator “fakta-fakta, konsep, dan prinsip-prinsip yang mantap”. Adanya berbagai penemuan penelitian, menyebutkan “fakta, konsep, prinsip” seringkali berumur semakin “pendek”. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirnya sendiri. Bertolak dari hal ini, hal-hal pokok yang hendaknya menjadi pengalaman siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya.

Penyelenggaraan pembelajran seprti diidealkan pada alinea sebelumnya, seringkali tidak terwujud dalam realitasnya di sekolah. Kegiatan pengajaran seringkali didasarkan pada dua premis yang terkadang tidak diungkapkan secara jelas.

Premis pertama mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar. Berdasarkan premis ini, timbul tindakan yang mengkondisikan adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman, dan yang lain, agar siswa belajar.

Premis kedua mengungkapkan bahwa guru merupakan “Motor Penggerak” yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan. Siswa seringkali dipandang sebagai “gentong kosong” yang harus diisi oleh guru dengan air pengetahuan.

Adanya dua premis seperti diungkapkan tersebut, mengakibatkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan “penjajahan” atau “penjinakan”, karena siswa benar-benar dijadikan objek kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tentang kegiatan pembelajaran yang ideal dan realitas penyelenggaraan kegiatan pembelajran di sekolah, timbul pertanyaan “apakah yang bisa dilakukan untuk mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah?” Salah satu jawaban atas pertanyaan tersebut adalah penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).

Apabila dikaji lebih lanjut, kita akan tiba pada kesimpulan bahwa penerapan PKP dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut:

a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi

Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori. Untuk mengatasi hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.

b. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal.

Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.

c. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu

Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata-cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan, hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dengan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar uang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (depdikbud 1986 b:7). Dari batasan PKP tersebut, kita memperoleh suatu gambaran bahwa PKP bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Justru PKP dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Disisi lain siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pelajar yang pasif.

c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. (Funk, 1985:xii)

Dari pembahasan tentang pengertian PKP pada dua lainea sebelumnya, kita mendapatkan PKP memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi logis yang harus diterima dengan penerapan PKP ini, guru tidak saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Lebih daripada itu guru hendaknya juga menanamkan sikap dan nilai sebagai ilmuwan kepada siswanya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian tentang Pendekatan Keterampilan Proses ini adalah:

a. PKP sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.

b. Fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa

c. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.

Dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu pengetahuan serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan PKP, saling berinteraksi dan berpengaruh serta dengan yang lain.

Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) seperti dikemukakan sebelumnya, menunjukkan pada kita bahwa penerapan PKP selalu menuntut adanya keterlibatan fisik maupun mental intelektual siswa. Lebih daripada itu, PKP tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, PKP berinteraksi secara timbal balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.

3. Jenis-Jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terinteragrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan, menyimpulkan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintergrasi terdiri dari mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, medefinisikan variable secara operasional, merancang penelitian, dana melaksanakan eksperimen (Funk, 1985: xiii).

Ketrampilan-keterampilan proses merupakan dasar yang sebelumnya menyediakan suatu ladansan menuju keterampilan-keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Sejumlah keterampilan proses yang dikemukaan oleh Funk dalam kurikulum (pedoman proses belajar-mengajar) dikelompokkan menjadi tujuh keterampilan proses. Adapun tujuh keterampilan proses tersebut adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, mearmalkan, menerapkan, merencanakan penelaitian, dan mengkoomunikasikan (Depdikbud, 1986 b: 9-10).

Pembahasan menyangkut mengapa suatu keterampilan proses penting dikembangkan, pengertian, dan kegiatan yang menunjukkan penampakan dari keterampilan proses tersebut akan dijelaskan di bawah ini,

a. Mengamati

Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunkaan pancaindera. Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar. Informasi yang kita peroleh dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut.

Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaanya hanya menggunakan peanca indra untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabilada dalam pelaksanaanya selain menggunakan panca indra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan infromasi khusus dan tepat.

b. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan keterampilan mengklasisifkasi adalah mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi dua kelompok, tumbuhan dan binatang.

c. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah dan membuat laporan.

d. Mengukur

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh kegiatan yang menampakakkan keterampilan mengukur, yaitu mengukur panjang garis, mengukur berat badan.

e. Memprediksi

Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati.untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentag objek da peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita.

Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai keterampilan memprediksi adalah memprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah diobservasi.

f. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebgaai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Kegiatan-kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan, antara lain: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada oksigen.

Enam keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Keterampilan proses terintegrasi pada hakikatnya merupakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan terintegrasi tersebut akan diuraikan berikut ini.

1. Mengenali Variabel

Sebelum melakukan penelitian (riset) kita perlu mengenal variabel terlebih dahulu. Ada dua macam variabel yang perlu dikenal, yakni: variabel termanipulasi (manipulated variable) dan variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian (Singarimbun, 1986 : 25).

Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun 1986 : 20 & 25). Selain itu, variabel juga merupakan “… something that can vary or change in a situation” (Funk, 1985 : 88). Dengan dua batasan yang disebutkan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah/berganti dalam satu situasi.

Variabel termanipulasi (manipulated variable) “… is deriberately changed in a situation” (Funk, 1985: 89). Sedangkan menurut Surakhmad (1978 : 63) menyebutnya sebagai variabel bebas yakni variabel yang diselidiki pengruhnya. Dengan kata lain, variabel termanipulasi atau variabel bebas dapat kita artikan sebagai variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam satu situasi dan diselidiki pengaruhnya.

Variabel lain yang perlu kita ketahui pengaruhnya adalah variabel hasil (responing variable) yakni: “… the variable that may change as a result of a manipulation” (Funk, 1985 : 92). Kita juga dapat menyebut variabel ini sebagai variabel terkait, yakni variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional (dengan atau sebagai pengaruh dari variabel bebas).

Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenali variabel diantaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam satu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terkait, dan memberikan contoh variabel.

2. Membuat Tabel Data

Setelah melaksanakan pengumpulan data, seorang penyidik harus mampu membuat tabel data. Keterampilan membuat tabel data perlu dibelajarkan kepada siswa karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data diantaranya adalah membuat table frekuensi, melidi data dan membuat table silang.

3. Membuat Grafik

Untuk memudahkan dan lebih meningkatkan daya terik penyajian data, seringkali kita memvisualisasikan data dalam bentuk grafik. Mengingat adanya aturan tertentu dalam pembuatan grafik, maka keterampilan membuat grafik perlu dimiliki oleh calon ilmuwan (siswa). Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu pada sumbu vertikal. Data untuk setiap variabel terjadi sebagaimana terjadi pada tabel data.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik diantaranya adalah memb aca data dalam tabel, membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain.

4. Menggambarkan Hubungan Antar-variabel

Hubungan antarvariabel dalam penelitian perlu dideskripsikan oleh setiap peneliti. Keterampilan menggambarkan hubungan antarvariabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama. Hubungan antarvariabel ini perlu digambarkan karena merupakan inti penelitian ilmiah (Singarimbun, 1986 : 28).

Kegiatan-kegiatan dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menggambarkan hubungan antarvariabel diantaranya adalah menggambarkan hubungan variabel simetris, menggambarkan hubungan variabel timbale-balik, dan hubungan variabel simetris.

5. Mengumpulkan dan Mengolah Data

Setelah memiliki keterampilan-keterampilan sebelumnya, siswa tidak berhenti sampai menggambarkan hubungan antarvariabel saja. Lebih lanjut, siswa perlu memiliki ketersmpilsn mengumpulkan dan mengolah data sebelum belajar keterampilan yang lain agar mampu menjadi peneliti. Keterampilan mengumpulakan dan mengolah data diperlukan untuk pengukuran dan pengujian hipotesis (Surakhmad, 19878 : 100-101).

Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.

Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data dapat melalui kegiatan yang diantaranya adalah membuat instrumen pengumpulan data, mentabulasi data, menghitung nilai kali kuadrat, menentukan tingkat signifikasi hasil perhitungan, dan kegiatan lain yang sejenis.

6. Menganalisis Penelitian

Untuk menjadi seorang ilmuwan yang andal dalam melaksanakan penelitian, keterampilan menganalisis penelitian sangat diperlukan oleh setiap calon ilmuwan yakni siswa. Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis diantaranya adalah mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis.

7. Menyusun Hipotesis

Pada umumnya penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis, maka dappat dipahami mengapa menyusun/merumuskan hipotesis maerupakan langkah yang penting sekali didalam penelitian(Surakhmad, 1978 : 99). Pentingnya keterampilan menyusun hipotesis dalam pelaksanaan penelitian, menyebabkan penting pela untuk dimiliki oleh para calon penyelidik (sisiwa).

Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Keterampilan menyususn hipotesis menghasilkan rumusan dalam kalimat pernyataan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis diantaranya adalah menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis, atau kegiatan sejenis lainnya.

8. Mendefinisikan Variabel.

Seperti yang kita ketahui, setiap cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis antarvariabel. Untuk memudahkan pensistematisan hubungan antarvariabel, seorang penyelidik perlu memiliki keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional. Keterampilan mendefinisikan kemampuan secara oposional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mendefinisikan variabel diantaranya adalah mengenal atribut variabel bebas, mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terkait dan kegiatan lain sejenis.

9. Merancang Penelitian

Seperti kita ketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi terlahir dari sejumlah penelitian yang mendahuluinya. Hasil-hasil penelitian boleh jadi mengkonstruksikan suatu ilmu pengetahuan. Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka diperlukan adanya rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini diharapkan selalu dibuat pada setiap kegiatan penelitian.

Berdasarkan pentingnya rancangan penelitian terhadap perolehan penelitian itu sendiri, maka keterampilan merancang penelitian perlu diberikan sejak dini. Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah :

- Mengenali, menentukan dan merumuskan masalah yang akan diteliti.

- Merumuskan satu atau lebih “dugaan yang dianggap benar” dalam rangka menjawab masalah. Merumuskan “dugaan yang dianggap benar” ini disebut menyusun hipotesis.

Menyusun hipotesis dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi.

- Memilih/instrument yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan.

10. bereksperimen

Bereksperimen diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolk ide-ide itu. Contohnya menguji kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas, menanam tanaman yang terkena sinar matahari langsung dan yang tidak langsung terkena sinar matahari.

4. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran

Penerapan PKP dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.

Untuk keterampilan dasar yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pengembangannya tidak berhenti hanya pada jenjang sekolah dasar. Dalam pembelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama(SLTP) maupun sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan(SMK), penerapan pengembangan keterampilan dasar tetap dilakukan. Penerapan keterampilan dasar PKP pada semua jenjang pendidikan diperlukan untuk mendukung penerapan keterampilan terintegrasi PKP.

Keterampilan terintegrasi dalam PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknnya dilakukan dengan urutan yang hierarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lainnya.

Contoh penerapannya dalam bidang studi IPS SLTP dan mata pelajaran Biologi SLTA kelas III A1 yang diikuti dengan analisis terhadap deskripsi kegiatan pembelajarannya untuk menentukan keterampilan PKP yang dikembangkan.

Contoh 1 : Penerapan PKP dalam bidang studi IPS SLTP

Bidang studi : Ilmu Pengetahuan Sosial

Sub-bidang studi : Ekonomi Koperasi

Pokok bahasan : Pembangunan Daerah

Sub-Pokok Bahasan : Pembangunan Kota

Kelas/semester : III/5

Implementasi PKP :

1. Menugaskan siswa secara kelompok (2-3 orang) datang ke lokasi proyek pembangunan di kota, dan mengumpulkan data tentang latar belakang proyek dikerjakan, tujuan proyek, dan prakiraan anggarannya.

2. Menugaskan kelompok untuk menyusun dan menyajikan laporannya.

3. Mendiskusikan perolehan dari kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok

Dari contoh tersebut, kita dapat menandai ada sedikitnya 4 jenis keterampilan yang dikembangkan yakni, mengamati, mengumpulkan data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

Contoh 2 : Penerapan PKP dalam mata pelajaran Biologi SMA

Bidang studi : Biologi

Pokok bahasan : Berbagai Ekosistem di Dunia

Sub-Pokok Bahasan : Ekosistem Air Tawar

Kelas/semester : III-A1/5

Implementasi PKP :

1. Menjelaskan berbagai contoh ekosistem air tawar

2. Menugaskan siswa melakukan penyeliaan terhadap ekosistem air tawar, secara kelompok (2-3 orang)

3. Mendiskusikan hasil penyeliaan yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok.

Tidak ada komentar: